YOGYAKARTA – Perhelatan Musabaqoh Kitab Kuning se-Kabupaten Sleman diselenggarakan pada 9 April 2017 di Pondok Pesantren Anwar Futuhiyyah Blotan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Sedangkan Musabaqoh Kitab Kuning se-Provinsi DIY diselenggarakan pada 6 mei 2017 di PP Al Munawir Krapyak, Bantul DIY. Terselenggara dalam dua katagori yaitu Ihya Ulumiddin (Ulya) dan Fathul Qarib (Ula). Lomba yang diadakan atas kerjasama Garda Bangsa dan Laskar Santri diikuti oleh dua belas santri terbaik se-DIY.
Di tingkat Provinsi katagori Ihya Ulumiddin putra juara satu dimenangkan oleh Abdul Aziz dan ditingkat yang sama putri dimenangkan oleh Ade ‘Amiroh. Sedangkan di katagori Fathul Qarib putri juara satu dimenangkan oleh Fariqotul Khosyi’ah. Ketiga juara satu tersebut adalah mahasantri yang berasal dari Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta. Selain mendominasi menjadi juara satu dalam dua tingkat tersebut, PP Wahid Hasyim juga mendapatkan juara tiga putri tingkat Ihya Ulumiddin oleh Dwi Arini Zubaidah dan juara tiga putra tingkat Fathul Qarib oleh M. Sa’dullah Fauzi.
Sebelumnya untuk katagori Fathul Qorib menjuarai ditingkat kabupaten Sleman. Juara satu putra M. Sya’dulloh Fauzi, juara satu putri Fariqorul Khosyi’ah, dan juara tiga Faiz Al-Faruqi. Sedangkan untuk katagori Imrithi juara tiga Fujiyati. Prestasi yang ditorehkan PP Wahid Hasyim ini akan berlanjut pada tingkat Nasional sekitar 23 Mei 2017.
Ajang Musabaqoh Kitab Kuning adalah ajang untuk seluruh santri saling menguji penguasaan dan pemahamaman terhadap kitab kuning. Kemampuan ilmu alat (Nahwu-Shorof) dan pemahaman terhadap kitab adalah aspek yang menjadi pertimbangan dewan juri untuk menentukan juara.
“Selain ingin mendapatkan pengalaman, saya juga ingin mengasah kemampuan saya dalam ilmu alat dan pemahaman terhadap kitab yang dilombakan.” kata Abdul Aziz, mahasantri PP Wahid Hasyim peraih juara satu putra tingkat Ihya Ulumiddin (Ulya).
Menurut Abdul Aziz, seluruh kemampuan yang bertanding dilomba tersebut sangat berimbang. Titik tolak yang menjadi ukuran dalam penjurian adalah bagaiamana peserta menanggapi dan menyikapi pertanyaan oleh dewan juri.
Kiranya lima mahasantri PP Wahid Hasyim yang telah mendapat juara di Musabaqoh Kitab Kuning menjadi teladan bagi seluruh santri pondok pesantrennya. Pondok Pesantren Wahid Hasyim mendasarkan pada empat program unggulan; Akhlakul Karimah, Takhfidzul Qur’an, Penguasaan Kitab Kuning, dan Kemampuan Bahasa Asing (Arab-Inggris).
Pengusaan Kitab Kuning (thurats) adalah salah satu cara umat Islam menggali khasanah ilmu pengetahuan yang sudah ditorehkan oleh ulama-ulama terdahulu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangsih pada peradaban. Bagaimana mungkin umat sekarang mampu memahami khasanah Islam lewat thurats tanpa mengetahui ilmu alat yang digunakan yaitu bahasa Arab.
Menjadi santri global adalah menumbuhkan rasa “peka” yang tinggi terhadap perubahan dan pertumbuhan zaman dan mampu memberikan analisis sosial yang tajam terhadap masayarakat. Tidak meninggalkan nilai-nilai dasar agama Islam dan selalu berinovasi untuk menjawab zaman dalam memberikan sumbangsih peradaban.
Penulis : Ampuh Sejati